Wednesday, May 5, 2010

Kita dan cara berpikir kita

Pada hari Sabtu Aisya mendapat sms dari adiknya yang saat itu sedang mencari pekerjaan di Malang, si Fandi. Dalam sms itu Fandi minta tolong kepada Aisya untuk menguruskan surat keterangan Gakin. Surat keterangan Gakin tersebut adalah salah satu syarat yang harus dilampirkan untuk mengusulkan Beasiswa. Pada saat yang sama Fandi memang sedang mengajukan beasiswa ke sebuah perguruan tinggi. Isi pesan singkat tersebut kurang lebih begini: Mbak Aisya tolong uruskan surat Gakin. Surat itu harus diserahkan ke Surabaya hari Senin. Setelah jadi kirim ke Malang. Tak tunggu ya! .
Begitu membaca pesan singkat dari adiknya, wajah Aisya langsung cemberut. Raut mukanya kusut. Kelihatan sekali ia tidak suka mendapatkan sms dari Fandi, adiknya. Beberapa saat kemudian lepaslah kata-kata yang bernada umpatan. Dia mengatakan: bagaimana mungkin mengurus surat Gakin pada hari Sabtu seperti ini! Seharusnya Fandi tahu kalau hari Sabtu semua kantor libur. Apalagi surat itu harus dikirimkan hari Senin. Mana ada waktu. Dan seterusnya ….dan seterusnya.
Cerita memang sebuah cerita. Tetapi contoh peristiwa di atas dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi orang yang mau memikirkannya. Aisya adalah satu dari sekian banyak manusia yang menghadapi masalah dalam hidupnya. Memang, dalam hidup ini yang datang dengan yang diinginkan seringkali berseberangan alias tidak sama. Kita ingin begini, yang kita temui begitu. Sebaliknya kita ingin begitu yang kita temui begini. Keadaan yang bertolak belakang ini berlangsung terus menerus dalam hidup kita. Ada yang yang dapat mengatasinya dengan baik tetapi banyak juga yang gagal dan frustasi.
Keberhasilan atau kegagalan kita dalam menyelesaikan suatu masalah sangat ditentukan oleh sikap kita saat menghadapi masalah tersebut. Seperti Aisya pada contoh peristiwa di atas. Begitu menerima sms adiknya, dalam hati Aisya mengatakan: ini adalah masalah serius. Cara-pandang seperti ini mendorong otak Aisya untuk berpikir bahwa masalah yang dihadapinya sangat berat. Cara berpikir seperti ini segera saja mendorong otak Aisya untuk mengumpulkan berbagai argumen yang mendukung pikirannya bahwa masalah itu memang berat dan tidak dapat di atasi. Dengan kesimpulan seperti ini, tak ada sesuatupun yang bisa dilakukan Aisya selain mengumpat dan merutuk mengapa harus terjadi seperti yang ia hadapi. Mengapa hari ini hari Sabtu. Mengapa surat pemberitahuan datang terlambat? Mengapa Fandi tidak memprotes sekolahannya yang memberikan surat terlambat? Mengapa di Indonesia diberlakukan lima hari kerja? Dan seterusnya. Dan hasilnya? Tak ada sesuatupun yang terjadi. Tidak ada perubahan. Tidak ada surat keterangan Gakin. Akhirnya, tidak ada beasiswa.
Lain halnya bila sikap Aisya saat menerima sms Fandi berbeda dari yang disebutkan di atas. Kalau saja Aisya menanggapi sms Fandi dengan berpikir bahwa ini adalah sebuah tantangan, maka ia akan bergairah menghadapinya. Ok, hari ini memang hari Sabtu dan semua kantor tutup. Tetapi pasti ada cara lain untuk mendapatkan surat keterangan Gakin itu. Caranya?  Sampai di sini otak Aisyapun bekerja. Ia akan mengingat-ingat siapa yang bisa membantunya mengurus surat Gakin tersebut. Ia akan berpikir keras untuk menyelesaikan permasalahan itu. Ia melakukannya dengan senang hati. Ibarat orang pendaki gunung, ia senang berhadapan dengan dinding yang terjal sekalipun ia tahu untuk mendakinya diperlukan keberanian ekstra. Ia memiliki keberanian dan ia akan mencobanya dengan sekuat tenaga. Nanti, sesampai di puncak gunung ia akan memandangi dinding terjal itu dengan perasaan puas.
Begitulah. Dalam menghadapi hidup ini, semua orang sepakat bahwa hidup adalah kumpulan dari serangkaian permasalahan. Sebagian orang bahkan mengatakan kalau tidak ingin menghadapi masalah ya jangan hidup! Pernyataan tersebut adalah sebuah gambaran bahwa manusia memang tidak mungkin menghindari permasalahan dalam hidupnya. Kegagalan atau keberhasilan manusia dalam mengatasi masalah sangat ditentukan bagaimana ia menyikapi permasalahan itu. Positif atau negatif. Kalau pikiran positif yang muncul maka ia akan mendapatkan energi yang akan membantunya mengatasi masalah itu. Sebaliknya bila pikiran negatif yang muncul maka ia akan kehilangan energi sehingga tidak dapat mengatasi masalah tersebut.
Siapapun kita, tentu ingin menjadi manusia yang berhasil. Keberhasilan itulah yang diimpikan semua orang. Keberhasilan identik dengan kebahagiaan dan kebahagiaan adalah cita-cita setiap orang. Belajar dari contoh peristiwa di atas, kita memang harus segera mengubah cara berpikir kita dalam menghadapi persoalan, bila kita ingin berhasil. Anggaplah semua masalah sebagai permainan yang menyenangkan dan menantang. Setiap kali masalah datang, katakan pada diri sendiri: Asyik!! Ini dia tantangan baru. Yang seperti ini nih yang gue demen. Dia pikir gue akan nyerah. Lihat aja!.
Motivasi seperti itu sangat penting untuk membangkitkan energi. Motivasi yang paling efektif adalah motivasi dari diri sendiri. Orang yang dapat memotivasi diri sendiri akan tampil perkasa di mata orang lain. Penampilan itu akan membantunya menyedot energi dari lingkungan. Akhirnya energi yang ia dapatkan akan berlipat-lipat, dan itu akan membantunya keluar dari masalah dengan mudah.
Kebanyakan orang tidak menyadarinya. Mereka seperti berada dalam lingkaran masalah dan tidak dapat keluar dari masalah tersebut. Setiap kali masalah datang, mereka langsung drop. Mereka merasa tidak berdaya dan pasrah terhadap apa yang akan mereka hadapi. Seperti orang yang tahu bahwa ia akan dilindas truck tetapi tidak segera bangkit dan menghindar, melainkan menunggu truk itu melindasnya dan menikmati rasa sakitnya.
Orang gagal adalah mereka yang selalu berpikir negatif. Orang gagal adalah orang yang tidak mampu memotivasi diri sendiri tetapi menggantungkan diri pada motivasi orang lain. Dimana-mana yang namanya tergantung ya berarti tidak berdaya. Orang yang tidak berdaya berarti kalah.
Selanjutnya, terserah pada anda untuk memilih.  Apakah anda ingin menjadi orang yang menang dan berhasil atau orang yang kalah dan gagal.

No comments:

Post a Comment