Setiap orang yang ditanya apakah mereka ingin sukses, jawabannya hampir selalu bisa dipastikan: Ingin. Yah siapa yang tidak ingin sukses. Sukses adalah identik dengan kondisi ideal yang diinginkan oleh setiap orang. Bila ia seorang bujangan, kesuksesan bisa diartikan mendapat jodoh yang sesuai dengan apa yang ia inginkan. Bila ia seorang pengusaha, sukses bisa diartikan mendapat keuntungan yang besar sebagaimana ia targetkan dalam menjalankan usahanya. Bila ia seorang siswa, sukses bisa diartikan sebagai keberhasilannya menyelesaikan tugas belajar dan mencapai gelar yang sejak lama diinginkan.
Sukses!! Setiap orang berkeinginan untuk mendapatkannya. Membaca satu kalimat di depan, sepertinya sukses itu sesuatu yang jauh, hingga sulit untuk dicapai. Coba bandingkan dengan kalimat judul tulisan ini. SUKSES ADALAH MILIK SEMUA ORANG. Apa bedanya? Perbedaannya bukan hanya pada kalimat tetapi juga pada nilai rasa yang ditimbulkan. Kalimat: Sukses adalah keinginan semua orang, memberi nilai rasa yang berat dan sulit. Kita sadar bahwa tidak setiap keinginan bisa terwujud. Itulah sebabnya timbul nilai rasa yang berat dan sulit. Tetapi pada kalimat: Sukses adalah milik semua orang, nilai rasa yang ditimbulkan sungguh berbeda. Milik semua orang! Kita merasakannya begitu dekat dan mudah. Mendapatkannya sangat mudah karena kitalah pemiliknya.
Benarkah demikian?! Benar!! Sepenuhnya benar!. Bila kita membicarakan tokoh sukses, kita selalu tertarik untuk mengetahui apa saja tentang si tokoh. Mengapa? Karena kita selalu tergelitik untuk mengetahui apa sih yang membuat si tokoh sukses. Latar belakang pendidikan? Status sosial dan ekonomi? Sebut saja Adi W Gunawan! Baca profilnya yang dimuat dalam situs www.pembelajar.com Membaca siapa Adi W Gunawan, orang akan maklum bila ia menjadi orang sukses. Ia jebolan perguruan tinggi bergengsi di luar negeri. Ia mendapatkan guru yang hebat untuk mengasah kemampuan yang menjadi pendukung keberhasilannya. Sudah pasti ia mengeluarkan banyak dana untuk mencapai semua itu. Maka, bila sekarang ia sukses, kita akan mengatakan: pantas.
…..
Selama ini kita tidak sadar bahwa sukses bukan kaplingan milik mereka yang berbasic pendidikan tinggi dan status social ekonomi yang mapan. Simaklah berita tentang Eni Kusuma yang menghebohkan beberapa bulan terakhir ini. Memang terlalu dini untuk buru-buru mengatakan bahwa Eni Kusuma tokoh sukses yang bisa disejajarkan dengan Adi W Gunawan atau yang lain. Tetapi mengingat ia sudah berhasil mencapai apa yang diinginkan, dia sebut mendapatkan dream-nya tentu tidak berlebihan bila kita menempatkannya sebagai tokoh sukses sesuai dengan kapasitasnya.
Eni Kusuma mencapai kesuksesannya bukan karena ia berlatar belakang pendidikan tinggi sebagaimana tokoh-tokoh sukses lainnya. Ia mengasah ketrampilan menulisnya dengan cara menanamkan filosofi bahwa : Belajar adalah hak saya. Ia seorang TKW yang yang berlatar belakang pendidikan SMA. Ia tidak mempunyai banyak kesempatan untuk untuk “belajar”, tetapi ia menggunakan semua ketidaksempatan menjadi kesempatan emas untuk belajar. Selama enam tahun menjadi TKW ia mendapatkan sesuatu yang tidak hanya sekedar gaji jutaan rupiah. Tetapi yang lebih berharga ia mendapatkan kesuksesannya menjadi manusia pembelajar sejati.
Sukses adalah milik semua orang. Artinya, semua orang layak untuk mendapatkan kesuksesan. Yang punya duit untuk belajar di sekolah / perguruan tinggi swasta/ negeri atau bonafid/ biasa-biasa berpeluang untuk sukses. Yang punya computer canggih/ lemot berpeluang untuk menjadi sukses. Sebaliknya orang yang tinggal di daerah pinggiran, tak memiliki computer dan tidak punyai duit untuk modal duduk di bangku kuliah juga berpeluang untuk menjadi sukses. Setiap orang dapat sukses karena setiap orang mempunyai bakat untuk sukses.
Sekali lagi, sukses adalah milik semua orang. Kita hanya perlu berpikir dan berbuat untuk mendapatkan kesuksesan. Berpikir dapat kita lakukan, karena Allah melengkapi penciptaan manusia dengan otak yang lebih canggih dibanding komputer. Setiap hari kita menggunakan otak kita. Kita menggunakannya untuk mengingat, mengolah ingatan, memilih dan mengambil keputusan. Kalau selama ini kita belum merasa sukses, itu karena kita kurang melatihnya. Melatih otak, maksudnya. Dengan mengais pengalaman belajar, menanamkannya dalam sanubari, mengolahnya dalam perenungan mendalam, menganalisa, membangkitkan respon dan menggali dengan bertanya : mengapa serta mengambil keputusan untuk memilih yang terbaik, menentukan sikap dengan segala kesadaran diri, mengkomunikasikan apa yang kita pikirkan untuk menguji apakah pemahaman kita tentang sesuatu sudah benar, akan memperkuat kemampuan berpikir. Meski tampaknya sangat rumit, kenyataannya hal itu dalam kenyataannya sangat sederhana. Kuncinya berpikir!
Untuk melengkapi mencapai kesuksesan, ketrampilan berpikir perlu disertai dengan ketrampilan berbuat. Seringkali orang melakukan kegiatan berpikir lebih banyak dari apa yang mereka perbuat. Mereka mengumpulkan ide-ide yang sangat cemerlang dalam memori mereka. Menyampaikannya kepada orang lain dan puas dengan decak kagum orang yang mendengarnya, tetapi tidak pernah berbuat sesuatu untuk mewujudkannya.
Berbuat sangat penting. Sama pentingnya dengan berpikir itu sendiri. Saat orang berbuat/ melakukan sesuatu sebagai konsekwensi dari apa yang dipilihnya, sama artinya dengan ia sedang melakukan pengujian atas kerja pikirannya. Bila pilihannya benar, ia akan mendapatkan apa yang diinginkan. Dan itu adalah jalan menuju kesuksesan. Tetapi bila yang dilakukannya salah, maka ia sedang mendapatkan pengalaman belajar yang mengasyikkan. Ia akan segera menyadari kesalahan dan memperbaikinya agar tidak mengulanginya kembali di masa yang akan datang. Ia akan tumbuh dan berkembang dengan dinamis.
No comments:
Post a Comment