Aku adalah seorang guru. Aku mengajar di sebuah madrasah aliyah swasta di kota di mana aku tinggal. Di madrasah itu, aku tergolong orang baru dibandingkan dengan guru-guru yang sudah lama mengabdi di sana. Aku melihat, sebagian besar dari mereka kurang loyal dalam menjalankan tugas. Mereka hanya bekerja sesuai dengan instruksi atasan. Tidak ada inisiatif untuk memperbaiki kinerja dan terkesan mereka menjalankan tugas ogah-ogahan. Bila ada kesempatan untuk sharing, selalu alasan mereka adalah karena HR yang mereka terima sangat kecil tidak sebanding dengan tuntutan kerja.
Suatu ketika aku dipanggil kepala sekolah. Secara khusus kepala sekolah memberi tugas kepadaku untuk menjadi ketua panitia ujian semester yang akan diadakan saat itu. Jujur saja, aku kaget dengan tugas itu. Pertama karena di Madrasah itu belum pernah ada kepanitiaan yang diketuai oleh seorang perempuan. Kedua, aku belum berpengalaman menjadi ketua panitia atau memimpin suatu kegiatan. Biasanya, aku hanya bertugas sebagai sekretaris atau hanya Bantu-bantu saja. Ulangan semester tentu melibatkan banyak orang dan pasti sangat beribet. Apakah aku bisa menghadapi semuanya.
Untuk beberapa lama aku tidak mengatakan apa-apa, dan memang kepala sekolah tidak sedang minta persetujuan apakah aku menerima tugas itu atau tidak. Tugas itu adalah tugas atasan kepada bawahan. Tentu saja aku harus menerima, bagaimanapun keadaannya. Aku sedang berpikir keras tentang apa yang harus aku kerjakan utnuk memulai tugas berat itu ketika beberapa teman menghampiriku dan mengatakan kepadaku agar aku menolak tugas dari kepala sekolah. Mereka mengajariku bagaimana caranya untuk menolak tugas itu. Mereka menyebutkan beberapa alternative alasan yang bisa aku ajukan kepada sekolah sehingga kepala sekolah mengurungkan keputusannya.
Pada saat itu terjadi perang batin dalam benakku. Aku adalah seorang bawahan. Aku mendapat tugas dari atasan untuk menjalankan tugas. Sudah sepantasnya aku menerima tugas itu sebagai amanah. Tapi tugas itu sangat berat. Aku tidak punya pengalaman sama sekali dalam urusan itu. Bisa saja aku melakukan kesalahan yang fatal, kata hatiku yang lain. Provokasi dari beberapa teman untuk mundur dari tugas itu merupakan satu indikasi bahwa mereka tidak menyukai aku menerima tugas itu. Berarti aku tidak mendapat dukungan dari teman-temanku. Apa enaknya bekerja tanpa dukungan dari orang-orang di sekitar. Tetapi, keputusan kepala sekolah menugasi aku tentu sudah diperhitungkan. Beliau memintaku karena merasa aku mampu melakukannya. Kalau aku tidak bisa, tentu beliau akan membimbingku. Bukankah ini merupakan kesempatan bagiku untuk belajar sesuatu yang sebelumnya asing bagiku?
Begitu sengitnya pertentangan dalam diriku sehingga aku sampai pada kesimpulan bahwa hanya petunjuk Allah lah yang akan menjadi hakim yang paling adil. Aku berdoa agar diberi petunjuk pilihan mana yang harus aku ambil.
Keputusankupun sudah bulat. Aku terima tugas dari kepala sekolah untuk meminpin kegiatan ulangan semester. Beberapa teman langsung menunjukkan sikap tidak suka. Tetapi aku sudah membulatkan tekad bahwa aku harus bisa mengatasinya. Aku segera menentukan orang-orang yang akan membantuku dalam kegiatan itu untuk aku sodorkan ke kepala sekolah. Setelah di acc, akupun mulai bekerja. Karena masih baru, maka aku merasa perlu untuk bertanya ke sana kemari. Beberapa orang bersedia membantu, tetapi beberapa yang lain justru terkesan melecehkanku. Untuk hal-hal yang tidak menyenangkan aku mengabaikannya. Aku fokus pada apa yang harus kukerjakan. Beberapa pekerjaan terpaksa kukerjakan sendiri karena tidak mendapat dukungan.
Akhirnya aku berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Kepala sekolah menyampaikan penghargaan. Aku senang dan bersyukur karena Allah memberiku petunjuk dan kekuatan sehingga aku dapat menyelesaikan dengan baik. Allah telah menyelamatkanku untuk tidak membangkang atasan.
Sejak saat itu aku sering mendapat tugas dari kepala sekolah. Meski tampaknya aku dipojokkan dengan tugas-tugas berat, tetapi aku berusaha melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar. Kenyataannya banyak ilmu yang aku peroleh setelah mendapatkan tugas-tugas itu. Tidak ku pungkiri bahwa aku selalu mendapatkan kesulitan ketika menjalankan tugas. Tetapi dengan berserah diri kepada Allah, pertolonganNya selalu datang tepat saat aku membutuhkannya. Setelah kesulitan akan datang kemudahan. Firman Allah itu benar-benar nyata.
No comments:
Post a Comment