Wednesday, September 8, 2010

SIAP HADAPI PERUBAHAN DENGAN SELLING POINT

Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak ada yang abadi. Satu-satunya yang  abadi adalah zat yang maha abadi yaitu Allah SWT dan perubahan itu sendiri. Kita dapat membaca perubahan itu dengan membaca apa yang terjadi di sekitar kita. Perubahan terjadi setiap saat. Perubahan itu terjadi bukan hanya pada orang lain tetapi juga terjadi pada kita.
Lihatlah sekeliling kita. Lingkungan kita. Kehidupan kita. Semuanya berubah. Bila perubahan itu menguntungkan bagi kita maka kita akan menyambutnya dengan suka cita. Sebaliknya bila perubahan itu menempatkan kita pada posisi yang “rugi”, maka kita akan menolaknya. Sementara banyak sekali perubahan yang sebetulnya kita tolak atau tidak kehendaki tetap terjadi. Kesimpulannya, kita tidak mempunyai banyak kesempatan untuk menolak perubahan itu.
Tingkat mobilitas dan tingkat perubahan dari waktu ke waktu semakin tinggi. Sepuluh tahun terakhir ini, tingkat perubahan sosial sangat tinggi. Bagi beberapa pihak perubahan itu menguntungkan sedangkan bagi pihak yang lain, perubahan itu merugikan. Tetapi perbuhan tetap perubahan. Kita tak dapat menolaknya karena segala sesuatunya memang harus berubah.
Kita membaca fenomena di sekeliling kita. Pembicaraan kita fokuskan pada dunia pendidikan. Banyak sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang beberapa tahun yang lalu gemuk (muridnya banyak) hari ini menjadi sangat kurus dan nyaris gulung tikar. Sekolah-sekolah yang pernah merebut jaman keemasan, mendapat siswa yang sangat banyak jumlahnya dan menampung banyak tenaga kerja, sekarang harus bekerja keras untuk mendapatkan subsidi dari berbagai pihak untuk mempertahankan operasional mereka. Selain itu, sekolah tersebut harus tega mem-PHK tenaga kerja yang ada karena tidak sanggup menggaji-nya. Bagi guru yang berstatus pegawai negeri mungkin masih relatif aman, karena hanya perlu melirik sekolah lain untuk selanjutnya mengajukan mutasi. Tetapi bagi guru yang berstatus swasta, honorer atau GTT harus dipertimbangkan lebih jauh kemungkinan untuk mutasi. Pada saat seperti inilah maka perubahan menjadi eksekutor.
Perubahan adalah eksekutor. Orang-orang yang ada di sekeliling kita adalah kompetitor. Eksekutorlah yang akan menentukan siapa-siapa yang harus eksis dan siapa-siapa pula yang harus tersingkir. Eksekutor yang satu ini sangat obyektif. Ia tidak mengenal KKN. Ia tidak bisa disuap. Satu-satunya dasar bagi sang eksekutor untuk memilih kita atau kompetitor kita untuk tetap eksis adalah kualitas diri kita.
Kualitas adalah selling point atau nilai jual. Setiap orang perlu memiliki selling point atau nilai jual ini, karena dialah yang akan menentukan apakah kita siap menghadapi perubahan atau tidak. Ibarat sebuah dagangan, maka setiap dagangan harus memiliki sesuatu yang layak untuk dipertimbangkan apakah barang itu pantas dibeli atau tidak. Mungkin sebuah barang dibeli karena ia bermanfaat. Mungkin sebuah barang dibeli karena orang suka dengan keindahannya. Mungkin sebuah barang dibeli karena cocok dijadikan investasi. Bila tidak ada sesuatupun yang dimiliki oleh barang itu sehingga tidak ada alasan seseorang untuk membelinya, maka barang itu tidak akan pernah disentuh pembeli.
Terlalu naif memang membandingkan kita dengan barang dagangan. Tetapi kita harus arif mengambil pelajaran darinya. Seseorang akan ”membeli” kita kalau kita mempunyai nilai jual. Suatu institusi mempekerjakan kita karena kita diipandang bermanfaat bagi institusi tersebut. Tidak ada sebuah perusahaan atau institusi yang bersedia menggaji karyawan yang tidak bermanfaat bagi perusahaan atau institusi tersebut. Hal ini bisa dipahami karena “hidupnya” perusahaan ditentukan oleh seberapa besar kemanfaatan para pekerjanya bagi perusahaan tersebut. Maka, jangan salahkan pihak perusahaan bila kita di-PHK karena perusahaan tidak melihat ada sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari kita.  
Ini adalah fakta. Fakta ini menawarkan pilihan bagi kita. Apakah kita  memilih menjadi bagian yang akan tersisih dengan perubahan  ataukan kita menjadi bagian yang tetap eksis di setiap perubahan yang akan terjadi. Selling point yang kita miliki memungkinkan kita tetap eksis di manapun kita berada. Lebih dari itu selling point memberi keleluasaan bagi kita untuk menentukan sendiri di mana kita harus berada.
Salah satu cara untuk meningkatkan selling point adalah meningkatkan kualitasdiri.  Cara  yang  dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas diri  adalah dengan belajar. Belajar berlangsung seumur hidup (life long learning). Belajar adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan (kamus ). Dalam konteks tertentu belajar dapat dipahami sebagai kegitan membaca. Membaca dalam pengertian yang sebenarnya adalah membaca fenomena kehidupan. Membaca ayar-ayat yang tersurat dan membaca ayat-ayat yang tersirat. Membaca dalam pengertian ini bisa melalui aktifitas indra kita seperti mata, telinga, kulit, perasaan dan pikiran. Semua yang terjadi di alam ini (termasuk di dalamnya perubahan) adalah sunnatullah, dan tidak ada satupun sunnatullah yang terjadi sia-sia. Kita sebagai manusia harus membaca sunnatullah itu untuk mendapatkan “sesuatu” dibalik terjadinya sunnatullah itu.
Belajar membantu kita untuk terus menggali potensi diri. Dengan potensi diri itulah kita dapat menentukan selling point kita. Maka hal yang sangat mendasar yang harus kita lakukan agar kita siap menghadapi perubahan adalah menemukan apakah selling point kita. Beberapa pertanyaan yang dapat menuntun kita untuk menemukan selling point itu adalah: Adakah kita mempunyai keahlian yang bisa dipamerkan dan dapat diambil manfaatnya bagi orang lain? Adakah sesuatu di dalam diri kita yang dapat membuat orang lain merasa nyaman berada di dekat kita? Seberapa besar kita dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu? Bila kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan mudah, berarti kita sudah menemukan selling point kita. Tetapi bila kita sulit mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kita harus segera mendapatkannya.
Beberapa orang dapat menyadari adanya selling point dirinya dengan mudah. Beberapa orang yang lain kurang menyadari sellling point yang dimilikinya meskipun sebetulnya memiliki. Sedangkan beberapa orang yang lain tidak bisa menemukan selling point pada dirinya karena mereka memang tidak memilikinya. Kapan kita dapat membaca selling point kita? Kita akan dapat membaca selling point kita ketika kita berinteraksi dengan orang lain.  Respon orang lain sesama anggota komunitas kita terhadap diri kita dapat menjadi penguji yang obyektif. Kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang disekitar kita bisa menjadi petunjuk bagi kita untuk menentukan seberapa besar pengaruh kita bagi lingkungan.
Kita harus melakukan penilaian yang obeyektif pada diri kita.  Penilaian obyektif tersebut dapat kita lakukan bila kita banyak melakukan aktifitas menbaca orang lain. Membaca orang lain disini bukan berarti mencari kesalahan orang lain untuk dibandingkan dengan kelebihan kita sehingga kita menjadi sombong dan takabur. Membaca orang lain di sini dimaksudkan untuk menilai sisi negatif dan sisi positif orang lain secara obyektif. Masing-masing dapat kita jadikan referensi bagi diri kita untuk menentukan apakah yang dapat kita ambil dari mereka. Singkat kata, yang baik kita ambil, yang tidak baik kita tinggalkan. Dengan demikian semakin banyak kita berinteraksi dengan dengan orang lain, semakin banyak pula referensi yang kita miliki untuk meningkatkan kualitas diri kita agar menjadi lebih baik.
Bila kita termasuk orang yang sudah menemukan selling point kita, maka kita wajib bersyukur. Dia adalah kendaraan kita yang dapat kita gunakan untuk menentukan di mana kita ingin berada. Tidak banyak orang yang menyadari selling point dirinya sendiri. Itu sebabnya hanya sedikit orang – orang yang sukses di muka bumi ini. Mereka, orang-orang sukses, adalah orang- orang yang sadar apa yang menjadi selling point dieinya. Dengan pengetahuannya tentang kelebihan yang mereka miliki mereka dapat meningkankan nilai tawar diri mereka kepada siapa saja yang membutuhkan. Tidak hanya meningkatkan nilai tawar, tetapi mereka juga dapat menentukan dimana mereka pantas ditempatkan.
Kini, kembali pada kita, siapkah kita menghadapi perubahan dengan selling point yang kita miliki?

No comments:

Post a Comment