Monday, February 7, 2011

Dari Kios Ikan Segar



Kami berada di antara jajaran pedagang ikan segar di dekat sungai Brantas. Ada tujuh kios dengan pedagang-pedagang yang berlomba-lomba menawarkan dagangannya. Mereka memegang ikan patin yang paling besar dengan tangan mereka dan melambai-lambaikannya ke arah kami sambil berteriak, ”Jendhil mbak, besar-besar” Itu adalah kalimat penawaran untuk ikan patin yang di daerah kami memang dikenal dengan nama ikan jendhil. Rupanya ikan andalan mereka adalah ikan patin. Mereka menjualnya dalam keadaan masih segar. Bila ada pembeli, mereka menimbang patin segar kemudian ”mbeteti” atau mengeluarkan kotoran yang ada di dalamnya dan memotongnya menjadi beberapa bagian. Kami para pembeli tinggal mencuci ulang dan mengolahnya. Cukup praktis.
Hari itu aku dan anakku memang sudah merencanakan membeli ikan patin dan memasaknya dalam kuah kental dan pedas, lengkap dengan irisan tomat dan cabe rawit hijau utuh. Hemh pasti nikmat bila dimakan dengan nasi pulen yang masih hangat.
Sampai di kios pedagang ikan segar, anakku membaca  tulisan ”belut ada” di salah satu kios. Dengan berbisik, ia memintaku untuk membelikannya. Kami segera mendekati kios itu untuk membeli setengah kilo belut dan dua ikan patin besar. Kami harus ngantri untuk mendapat pelayanan karena si pedagang masih melayani pembeli yang lain.  
Kios-kios itu dibangun didekat sungai brantas di daerah kami. Ada tujuh kios yang dilengkapi dengan meja potong dari keramik dan saluran air untuk membersihkan ikan. Jajaran kios itu seperti pasar ikan segar mini. Meskipun begitu karena tempatnya yang strategis, kios-kios itu sering didatangi pengunjung yang tampaknya tidak hanya berasal dari daerah sekitar melainkan juga dari daerah lain. 
Ada tujuh kios yang berjajar saling berdekatan. Bangunan  itu relatif sama dan tampak seragam dan nyaris tak  terpisahkan. Sambil duduk menunggu pedagang menyelesaikan tugasnya, aku memperhatikan semua aktifitas yang ada di sana. Kios paling ujung, sedang melayani pembeli yang baru datang dengan honda jazz berwarna silver. Kios di sampingnya sedang mendatangkan dagangan yang dibawa oleh pemasok dengan mobil bak berisi ikan-ikan patin segar. Sang pedagang sedang sibuk menimbangi ikan-ikan tersebut. Kios sebelahnya tidak mendapatkan pembeli. Sang pedagang duduk sambil memperhatikan pembeli di kios sebelah. Kios di sebelahnya lagi sedang melayani dua orang pembeli. Kios berikutnya sedang melayani beberapa pembeli. Tiga orang bapak yang baru turun dari mobil avanza metalik itu tampaknya memborong beberapa jenis ikan. Aku sendiri membeli di kios yang menjual belut karena anakku ingin dibelikan belut.  
Ada fenomena menarik di kios pedagang ikan segar ini. Keberuntungan. Diantara ketujuh kios yang ada, kunjungan pembeli tidak merata. Ada kios yang dihampiri banyak pembeli sementara ada kios yang sepi pembeli. Ada pedagang yang disibukkan oleh aktifitas menjual sementara pedagang   lain ongkang-ongkang kaki.
Dalam perjalanan pulang kami mendiskusikannya. Kutanyakan pendapat anakku  mengapa ada pedagang yang tidak mendapatkan pembeli sementara pedagang lainnya kerepotan melayani pembeli. Padahal harga mereka sama, barang yang dijualpun kualitasnya relatif sama.
Pertama ragam dagangan yang mereka jual. Dagangan utama mereka adalah patin segar. Ketujuh kios itu, semuanya menyediakan patin segar dalam bak ikan mereka. Tetapi disamping patin ada kios yang menjual jenis ikan yang lain seperti bandeng, belut, wader dan yang lain. Pembeli mempunyai selera yang tidak sama. Mereka akan datang ke kios yang menyediakan dagangan yang mereka inginkan.
Kedua, pelayanan mereka. Sikap-sikap yang simpatik dari si penjual bisa meningkatkan angka penjualan mereka. Hal itu seharusnya disadari  oleh seorang penjual. Pembeli tentu lebih suka mendatangi penjual yang ramah, murah senyum dan sabar saat melayani pembeli.
Ketiga, keberuntungan. Setiap orang memiliki keberuntungannya sendiri. Adakalanya rejeki datang kepada mereka yang terpilih. Tak seorangpun tahu jatah rejeki yang akan diterimanya hari ini. Tetapi setiap orang boleh meminta. Dengan berdoa, kita boleh meminta apa saja yang kita inginkan termasuk di dalamnya meminta agar dimudahkan dalam urusan rejeki. Urusan rejeki memang urusan Allah. Tetapi Allahlah yang menentukan  siapa yang berhak mendapatkan rejeki lebih banyak hari itu dan siapa yang mendapatkan lebih sedikit. Semua tentu disesuaikan dengan kebutuhannya.
Tugas kita adalah berusaha dan berdoa, selebihnya urusan Allah. Dia yang paling tahu yang terbaik untuk kita.

No comments:

Post a Comment