Thursday, February 24, 2011

proyek negeri 5 menara


Akhirnya kuselesaikan juga novel   berjudul negeri  5 menara setebal  423 halaman. Kurang dari 24 jam.  Kugunakan teknik membaca cepat karena aku harus menyelesaikan dalam waktu yang singkat. Itu harus kulakukan karena aku sudah terlanjur mewajibkan murid-muridku mengkhatamkannya. Kukatakan pada mereka: pastikan semua siswa membacanya dan kita akan diskusikan isinya minggu depan.  Padahal saat itu aku belum membacanya. Aku hanya pernah mendengar judulnya disebut oleh Fauziah, ketua FLP Malang, saat memberikan materi pada acara motivasi kepenulisan beberapa waktu yang lalu.
Materi apa itu? Kenapa harus mendiskusikan novel? Tanya temanku yang pengajar bahasa Inonesia. Kedengarannya aneh memang, seorang guru pengajar mata pelajaran fisika, dalam kelasnya mendiskusikan novel. Kebetulan yang menarik. Saat aku akan masuk kelas kulihat seorang anak duduk di bangku semen depan kelasnya sambil asyik membaca novel. Bukannya mempersiapkan tugas yang kuberikan minggu lalu malah baca novel. Tapi aku suka melihat orang membaca, karena aku juga hobi membaca. Kuminta novel itu dan kubaca judulnya. Negeri 5 menara. Aku pernah mendengar judulnya. Meski aku belum pernah membaca tapi aku yakin buku itu bagus,  diseperti yang telah direkomendasikan banyak orang.
Maka, kuhukum mereka dengan cara meminta mereka satu kelas mengkhatamkannya, dan membahasnya meinggu depan. So.... aku harus mengkhatamkannya juga. Bagaimana mungkin aku minta membahasnya kalau aku sendiri tidak tahu isinya.
Masalahnya, waktuku sangat sempit. Aku hanya punya waktu satu hari satu malam. Novel itu harus kembali ke perpustakaan besok karena perpustakaan hanya punya dua eksemplar. Jumlah itu sangat tidak memungkinkan untuk men yelesaikan proyek ini dengan sempurna. Jumlah siswa satu kelas duapuluhan anak. Bila setiap anak membutuhkan waktu dua hari, maka dengan dua buku mereka membutuhkan waktu duapuluh hari dan aku menyediakan waktu untuk mereka hanya satu minggu.
Maka aku tidak punya pilihan lain. Aku harus berpacu dengan waktu. Aku harus puas hanya dengan mendapatkan point-point pentingnya saja, seperti pesan yang ingin disampaikan penulis dan sedikit hal-hal penting. Aku berjanji, gajian bulan depan aku harus membeli buku itu. Aku harus membacanya dengan cermat, mencatat kutipan-kutipan penting dan mendiskusikannya secara khusus dengan Ami dan Kiki. Dua nama yang kusebut terakhir ini adalah murid khususku.

No comments:

Post a Comment