Saturday, January 7, 2012

Time is life itself


oleh Endah Siel pada 31 Desember 2011 pukul 8:05
Sesuatu yang harus kita sadari dari waktu ke waktu adalah: kita bertanggungjawab atas nasip kita sendiri. Bila kemarin  kita masih mengandalkan orang tua untuk menyelesaikan urusan-urusan kita, maka dengan bertambahnya usia kita semua itu akan berangsur-angsur berkurang. Semua urusan kita, selesai atau tidak, kitalah yang menentukannya.
Kita memasuki fase penting dalam hidup kita. Apa yang kita peroleh nanti dimulai dari hari ini. Bagaimana hidup kita nanti (bahagia atau tidak) ditentukan dari bagaimana kita mengambil keputusan hari ini.
Maka, berbuat dan berpikirlah dewasa. Tidak ada yang bisa mengendalikan kita  kecuali diri kita sendiri. Setiap saat waktu terus bergerak maju. Meski ia (waktu) tidak berlari tetapi ia tidak pernah berhenti bergerak. Perlahan tapi terus menerus. Kita sering tidak pernah menyadari bahwa waktu terus bergerak. Saat bangun tidur, kita malas melakukan apapun. Kita menikmati empuknya bantal dan guling. Kita enggan beranjak untuk melakukan kegiatan. Kita berpikir; aku malas-malasan hanya sebentar. Setelah ini aku akan mandi terus masak terus belajar terus ini dan terus itu. Tapi tubuh kita tetap berada di atas kasur. Saat kita capek tidur dan benar-benar beranjak hari sudah semakin sore dan apa yang kita pikirkan untuk kita kerjakan belum terlaksana sama sekali. Kita belum melakukan apa-apa tapi waktu sudah bergerak jauh meninggalkan kita. Waktu sudah berubah. Kalau tadi saat kita duduk berbaring di atas kasur jarum jam menunjukkan pukul 08.00 sekarang sudah jam 17.00.  Belum ada yang kita lakukan.
Terus kita berdalih lagi. Ah masih ada waktu. Aku kerjakan besok saja!
Tapi besoknya kita melakukan hal yang sama. Kita terbangun tapi kita malas melakukan apapun dan lebih suka menghabiskan waktu di tempat tidur. Kita hanya berpikir akan melakukan ini akan melakukan itu, tapi tubuh kita tak beranjak juga.
Begitu seterusnya dan kita akan kehilangan kesempatan. Pada saatnya kita berada di penghujung/batas. Begitu banyak tugas yang belum  kita kerjakan. Badan tidak fit sementara dead line sudah berada di depan kita. Maka kita harus ngebut, kejar setoran. Kita kerjakan semua tugas dalam waktu yang sangat terbatas. Yang ini belum dikerjakan, yang itu belum akhirnya kita nggak bisa konsentrasi. Kita mengerjakannya dengan gelisah karena terbayang dibenak kita betapa banyak yang harus kita selesaikan. Kita tidak punya cukup waktu untuk mengerjakannya. Akhirnya kita bekerja serampangan. Targetnya hanya satu: yang penting mengerjakan. Kita menjadi tidak sempat berpikir untuk mengerjakan sebaik-baiknya. Kita hanya berpikir bagaimana caranya agar semua tugas itu selesai. Tubuh dan pikiran kita terforsir tetapi hasilnya tidak maksimal.
Yang terjadi kemudian adalah penyesalan. Menyesal mengapa kita tidak melakukannya lebih awal. Mengapa kita tidak kerjakan di saat kita punya banyak waktu.
Apalagi ketika kita melihat hasil pekerjaan teman-teman kita. Kerja mereka sempurna. Apakah itu karena mereka lebih pandai dari pada kita? Tidak!! Mereka hanya mengerjakan lebih awal. Waktu mereka cukup untuk mengerjakan tugas-tugas mereka dengan sempurna.  Mereka mengerjakan sedikit demi sedikit. Karena mereka mengerjakannya sedikit demi sedikit, mereka jadi tahu apakah ada kesalahan dalam pekerjaan mereka. Begitu mereda tahu ada kesalahan mereka akan memperbaikinya. Mereka mempunyai waktu yang cukup untuk itu. Itulah yang membuat pekerjaan mereka sempurna.
Bandingkan dengan kita. Pikirkan apakah waktu mereka lebih banyak dari pada yang kita miliki. Tidak!! Sama sekali tidak. Kita mendapatkan jatah waktu yang sama. Setiap kita mendapatkan jatah waktu 24 jam sehari. 60 menit satu jam. 60 detik satu menit. Sama. Benar-benar sama. Tidak ada yang lebih banyak  dan tidak ada yang lebih sedikit. Yang membuat berbeda adalah, cara mereka menggunakan waktu lebih cerdas dari kita. Mereka memanfaatkan setiap waktu yang mereka miliki sedangkan kita mengabaikannya. Itulah yang membuat jarak kesuksesan menjadi lebih dekat ke mereka dari pada ke kita.
Hanya itu. Sederhana bukan.
Maka, semuanya tergantung dari diri kita. Sukses atau gagal  adalah pilihan hidup. Saat ini sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri, apa yang akan kita pilih: sukses atau gagal?
Ada tips sederhana yang layak kita coba untuk merenda kesuksesan kita. Tentukan target setiap hari. Tidak usah banyak. Dua atau tiga target cukuplah. Setiap kali bangun tidur, tanyakan apa yang harus kita kerjakan hari ini. Satu…. Dua ….. dan tiga. Bila takut lupa, tulislah dengan ukuran font yang besar dan spidol warna yang ngejreng kemudian temple di dinding kamar. Selanjutnya lakukanlah apa yang sudah kita targetkan semaksimal mungkin.
Nanti saat hari ini berakhir dan target kita terpenuhi kita pasti akan tersenyum puas.
Salam sukses!!

No comments:

Post a Comment