Aku ingin memperbaiki deskripsiku yang selama ini sangat jelek. Maksudku kurang kuat sebagai pendukung tulisanku secara keseluruhan. Sebetulnya sudah sejak lama aku merasakan. Kekuranganku dalam menuliskan deskripsi inilah yang membuatku resah untuk waktu yang lama. Aku senang membaca buku. Aku cukup respect dengan buku-buku yang berkualitas. Setiap kali selesai membaca dalam hati aku selalu melakukan penilaian. Ini bagus, ini biasa, ini datar, ini mbulet dan ini terlalu bertele-tele.
Sejak membaca buku berjudul "Ganti Hati" karangan Dahlan Iskan si Raja Pers Indonesia itu, aku jadi agak paham mengapa tulisanku terkesan datar dan tidak bermutu. Selain karena deskripsi yang tidak kuat juga karena kalimat-kalimatku sering terlalu panjang. Seharusnya kalimatnya pendek-pendek. Kata Dahlan Iskan kalimat-kalimat pendek membuat tulisan terkesan lincah. Dalam hati aku bilang, oh gitu ya rupanya. Wah jadi tambah ilmu nih.
Sekarang tinggal dicoba untuk menerapkannya. Siap kertas dan pensil kemudian menulis. Tetapi ada sesuatu yang masih mengusikku. Menulis deskripsi yang kuat tentu harus diawali dengan penginderaan yang juga bagus. Penginderaan yang bagus berarti melihat dengan teliti, mendengar dengan seksama dan meraba dengan penuh perasaan. Aku sering melihat, mendengar dan meraba, tetapi setelah itu aku tak cukup bagus menceritakan apa yang kulihat, kudengar dan kubaca. Seperti hilang entah nyangkut di mana. Aku jadi bertanya dalam hati, bagaimana Dahlan Iskan bisa merekam semua yang diinderainya dengan sangat detail dan kemudian menuangkan semuanya dalam bentuk tulisan. Tanpa menguranginya sedikitpun. Semua tersaji lengkap, seperti keadaan yang sebenarnya.
Mungkinkah kelebihan Dahlan Iskan itu tidak bisa dipelajari, dilatihkan dan diadopsi meski tidak bisa persis seperti apa yang dimilikinya. Masak sih tidak bisa. Kalau disimak kisah Dahlan Iskan, ia adalah tipe orang yang gemar belajar, pekerja keras dan pasti tidak mudah putus asa. Aku yakin, ia pasti sudah melakukan sesuatu yang luar biasa hingga kemudian mendapatkan talenta seperti yang ia miliki saat ini. Dia selalu menyebut-nyebut kata kuncinya: kerja keras.
Sesuatu itulah yang harus aku dapatkan. Aku memang tidak ambisius mendapatkan seperti yang ia dapatkan, atau memiliki kelebihan seperti apa yang ia miliki. Tetapi kupikir mendapatkan sedikit seperti apa yang ia miliki khan boleh. Aku harus memulainya dengan kerja keras. Melihat dengan cermat. Mengamati hal-hal kecil dan mengingatnya dengan baik. Aku sering lupa. Berarti aku harus segera menulisnya. Aku pernah membaca kalimat bagus: perangkaplah ilmu dengan menulisnya.
Tiada hari tanpa menulis deskripsi. Wow, fantastic. Afirmasi yang mudah diucapkan, indah di dengar tetapi sulit dilaksanakan. Kapan waktunya? Aku harus memikirkannya karena aku harus mematuhinya. Apakah aku harus menulis pada jam-jam yang sudah kutentukan? Menulis hanya pada saat itu? Kupikir tidak. Kalau itu kulakukan itu akan menjadi bencana besar. Pasalnya, ide itu datang setiap saat dan harus dituliskan saat itu juga. Kalau ditunda, ia akan raib dan tak akan kembali meski aku memintanya.
Jadi, aku harus menulis deskripsi setiap hari dan setiap saat. Itu saja tidak cukup. Aku harus mendokumentasikan setiap deskripsi yang aku tulis. Aku harus menulisnya ulang di komputer dan menyimpannya dalam file khusus. Bukankah itu bisa menjadi portofolioku dalam hal tulis menulis agar aku bisa membaca perkembanganku?
Ide bagus. Ide bagus. Di sebuah tulisan yang kuperoleh dari internet disarankan untuk aktif dan disiplin menulis selama enam bulan. Maka anda akan melihat kemajuan bakat menulis anda, begitu dituliskan dalam tulisan itu. Enam bulan tidak terlalu lama. Aku akan melewatinya dan aku akan mendapatkannya.
Deskripsi yang kupahami adalah pemaparan tentang sesuatu yang dilakukan oleh penulis kepada pembaca. Penulis menuliskan deskripsi dengan tujuan agar pembaca mendapat gambaran sejelas-jelasnya tentang apa yang ingin disampaikan penulis. Pembaca yang pada saat itu tidak hadir menyaksikan apa yang dilihat dan didengar penulis, dengan deskripsi yang ditulis oleh penulis diharapkan memahami dengan baik dan seolah-olah ikut berada dalam situasi yang sesungguhnya.
Berdasarkan obyek yang dideskripsikan, deskripsi dibedakan menjadi tiga. Pertama adalah deskripsi tempat. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan tempat, daerah, wilayah yang diamatinya. Misalnya penulis mendeskripsikan ruang makan. Ia menceritakan apa saja yang ada dalam ruang makan itu. Barang-barang yang terdapat dalam ruang itu serta posisinya.
Kedua, adalah deskripsi kegiatan. Deskripsi ini merupakan usaha penulis untuk menggambarkan sebaik mungkin kegiatan atau aktifitas yang sedang ia indrai. Dengan deskripsi tersebut diharapkan pembaca mendapat gambaran yang cukup tentang suatu kegiatan yang sedang digambarkan oleh penulis.
Ketiga adalah deskripsi perasaan. Deskripsi ini sifatnya subyektif. Penulis mendeskripsikan apa yang ia rasakan baik melalui tokoh pertama, kedua maupun ketiga. Deskripsikan ini memerlukan kemahiran penulis dalam mengolah bahasa sastra, karena deskripsi ini diharapkan membangkitkan emosi pembaca. Misalnya penulis menggambarkan perasaan sedih suatu tokoh.
No comments:
Post a Comment