Idealnya kebanggaan menjadi seorang ibu adalah ketika kita, perempuan, berhasil diberi kesempatan melahirkan pertama kali. Menyadari bahwa ada makhluk kecil, yang sempurna, keluar dari tubuh kita. Ia, si kecil, mengambil sesuatu dari diri kita (menyusu) atau menjerit memanggil-manggil kita dan lain sebagainya. Pada saat itu kita merasa ada. Tetapi sebetulnya, menjadi ibu adalah selamanya. Buktinya, setiap saat kita dipanggil ibu oleh anak-anak kita.
Bila kita menyadari bahwa kita adalah ibu, pada saat dan kondisi apapun, kita akan merasakan, betapa menjadi ibu itu sangat membanggakan. Lihat mata anak-anak saat ia datang kepada kita dengan suaranya yang terbata-bata untuk menyampaikan sesuatu. Mereka datang kepada kita untuk minta didengar dan dimengerti apa yang ada di orak mereka. Tanpa kesadaran bahwa kita seorang ibu, mungkin kita akan mengabaikannya dan membuat ia terluka. Sebaliknya bila kita mau mendengarkan seperti kita memperlakukannya sebagai suatu informasi yang sangat penting, bisa jadi hal itu akan membuat perubahan besar dalam hidupnya.
Seperti yang terjadi pada hari itu, hari Rabu tanggal 17 maret 2010, ami datang dan menceritakan tentang anjuran yang batal.
Kepala sekolahnya menganjurkan untuk mengikuti lomba menulis cerpen tetapi selang beberapa menit diralatnya sendiri. Anjuran itu dinyatakan tidak jadi, karena waktu untuk menyusun naskah yang sudah ditentukan temanya kurang dari dua puluh empat jam.
Aku melihat ada sedikit sesal yang terpancar di wajah mungil itu. Aku tahu, karena aku ibunya.
Akhirnya kami berunding. Apakah ia akan mengikuti lomba itu atau tidak. Kalau ia ingin ikut bagaimana caranya? Kami merundingkannya seperti kami sedang berada dalam siidang yang sangat penting. Tepatnya menjadikannya sebagai sesuatu yang penting. Setelah disepakati, ia hrus mencobanya, maka tugasku adalah menelepon kepala sekolah dan memohon agar ami diberi kesempatan untuk mengikuti lomba itu, dengan konsekwensi mungkin tidak menang atau mendapatkan penghargaan. Kukatakan bahwa kesempatan yang diberikan padanya pasti akan sangat berarti dalam kehidupannya di masa yang akan datang.
Kepala sekolah mengijinkan. Ami pun mulai menyelesaikan tugasnya. Mula-mula aku terlibat dalam pembentukan premis cerita. Aku mendengar dengan seksama saat ia menceritakan apa yang akan ditulis dalam cerpen itu sesuai dengan tema yang ditentukan. Sesekali aku memberi koreksi dari apa yang ia ceritakan. Setelah ia merasa cukup, iapun duduk di depan komputer asyik dengan tuts-tuts keyboard. Itu adalah kerja besar bagi anak berusia sebelas tahun. Msks sku mrnsupportnya denan berada di dekatnya untuk membantu apa yang dia perlukan. Ia memang bekerja sangat keras sampai larut malam untuk menyelesaikan naskahnya. Itupun belum cukup, ia harus melanjutkan keesokan harinya. Dan ketika ia sudah menyelesaikan kemudian meminta aku untuk membacanya, aku membaca kalimat pertama dan terakhir. Setelah itu aku menganggukkan kepala seraya berkata "bagus... bagus"
Saat pengumuman tiba dan kami mendapat sms bahwa naskah cerpennya mendapat juara satu, aku melihat kilatan mata ami sungguh indah bak bintang di angkasam seperti namanya Najmi Fitria atau Bintang yang hadir saat bulan idul fitri tiba. Saat-saat itulah aku merasa menjadi ibu kembali. Aku bangga diberi kesempatan untuk menjadi ibunya.
:) subhanallah!!!
ReplyDelete