Wednesday, February 9, 2011

AGAR ORANG KAYA TETAP KAYA SELAMANYA



Tulisan ini terinspirasi dari buku yang berjudul “Rich Dad and Poor Dad” karya Roberto Kiyosaki.
Sebagaimana kita lihat dalam masyarakat kita selama ini, banyak orang kaya yang tidak berhasil mewariskan kekayaannya kepada keturunannya. Bahkan mungkin tidak sampai ke generasi berikutnya, untuk dirinya sendiri saja banyak sekali orang kaya yang tidak dapat melestarikannya. Dengan kata lain, kalaupun seseorang berhasil mendapatkan sejumlah harta tertentu pada suatu masa maka pada masa tertentu (masih dalam satu generasi) harta itu sudah tamat riwayatnya alias habis.
Setiap orang, siapapun dia, tidak peduli apa pekerjaannya, di mana tempat tinggalnya berpeluang untuk menjadi orang kaya. Hanya kadang-kadang orang tidak berhasil mencapainya. Kata Roberto Kiyosaki, hal itu disebabkan karena orang mengabaikan prinsip-prinsip penting dalam mempertahankan kekayaannya. Beberapa prinsip tersebut adalah:
A. Menabung
Orang bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Upah atau keuntungan yang ia peroleh dari perniagaan atau menjual jasa itulah yang kemudian digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Tetapi ada sesuatu yang harus kita ingat bersama bahwa kriteria “cukup” bagi setiap orang tidak sama. Bagi si A makan satu hari tiga kali dengan lauk tempe goreng, mengenakan baju berbahan tetoron dan berkendara sepeda goes atau sepeda pancal mungkin sudah masuk kategori cukup tetapi bagi si B kurang. Kriteria cukup untuk si B adalah makan sehari tiga kali dengan sepotong daging, mengenakan baju berbahan sutera dan berkendara mobil baru dikatakan cukup. Semua bisa dianggap benar dan juga bisa dianggap salah. Dalam hal ini penentu kriteria itu ada pada kita masing-masing. Kebutuhan manusia bisa saja tidak berbatas karena memang secara kodrati manusia adalah makhluk yang serba kurang.  Seberapapun penghasilan kita, cukup atau kurang hanya kita sendiri yang menentukan. Kita menentukan target dan kita juga yang menentukan standar kehidupan kita. Orang jawa bilang “setitik cukup, akeh kurang”. Artinya cukup atau tidak tergantung siapa yang mengatakan.
Menabung adalah upaya untuk menyisihkan sebagian kecil penghasilan kita. Sebagian besar orang mengatakan bahwa menabung hanya berlaku bila ada uang lebih atau setelah kebutuhan kita tercukupi. Anggapan tersebut mungkin benar, tetapi kembali pada batasan “cukup” diatas yang serba relatif maka secara logika setiap orang berapapun penghasilannya seharusnya bisa menabung. Dengan menabung, kita dapat mengontrol pengeluaran dan gaya hidup kita. Bila kebutuhan gizi sudah bisa dipenuhi dengan tempe goreng yang konon mengandung protein tinggi dan bebas dari resiko flu burung mengapa harus memaksa diri mengkonsumsi daging setiap hari. Bila dengan sepeda motor saja hajat kita sudah dapat terpenuhi mengapa harus membeli mobil yang biaya operasionalnya jauh lebih mahal. Maka menabung adalah sebuah kebutuhan dan kebiasan yang patut dipertimbangkan. Bila anda mempunyai penghasilan sebesar limaratus ribu rupiah perbulan atau kurang dari itu atau lebih dari itu maka sisihkan sebagian, bisa sepuluh ribu atau lebih dan sisanya untuk kebutuhan sehari-hari. Jangan dibalik. Dibelanjakan dulu untuk kebutuhan sehari-hari sisanya ditabung. Kalau seperti itu yang anda lakukan maka dijamin, anda tidak akan pernah bisa menabung.
B. Selektif dalam mengoleksi  liabilitas dan asset
Setiap barang yang kita miliki bisa dikategorikan menjadi dua yaitu asset dan liabilitas. Asset adalah sesuatu yang berhasil kita miliki, kita peroleh dengan jerih payah atau dengan ongkang-ongkang kaki yang dapat memberikan kontribusi finansial kepada kita. Misalnya sepeda motor. Bila sepeda motor yang kita miliki dapat kita gunakan untuk ngojek atau disewakan sehingga dapat menghasilkan uang untuk kita maka sepeda motor tersebut dikategorikan asset. Dengan kata lain, asset adalah barang berharga kita yang dapat bekerja atau kita manfaatkan untuk menambang jumlah uang kita. Apa saja! Bisa berupa benda tidak bergerak seperti halaman rumah (yang dijadikan tempat parkir) atau benda bergerak seperti sepeda motor diatas.
Sebaliknya liabilitas adalah barang berharga kita yang mengurangi uang kita. Misalnya sepeda motor.  Kita hanya memerlukan satu sepeda motor untuk membantu aktifitas sehari-hari, tetapi karena kita punya cukup uang kita membeli dua. Keren memang, apalagi kalau sepeda motor kita adalah sepeda motor keluaran terbaru yang ciamik punya. Tetapi bila dilihat dari efektifitas sebetulnya kita tidak membutuhkannya. Nah maka sepeda motor yang nganggur dirumah ini dinamakan liabilitas. Benda itu tidak menambah jumlah uang kita tetapi malah mengurangi atau menguras uang kita karena membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit jumlahnya. Para pakar keuangan menyarankan agar kita lebih banyak mengoleksi asset dari pada liabilitas. Karena dengan demikian maka keuangan kita akan semakin kokoh.
Kini anda bisa mulai meneliti seberapa banyak barang yang anda miliki yang merupakan asset atau liabilitas. Semakin banyak barang anda merupakan asset maka semakin besar peluang anda untuk menjadi kaya. Salah satu penyebab mengapa orang yang semula orang kaya ( baik karena mendapatkan warisan dari orang tuannya atau memperolehnya sendiri) tidak dapat mempertahankan kekayaannya adalah karena kecerobohannya lebih banyak mengoleksi liabilitas ketimbang asset. Padahal umumnya liabitas dikoleksi hanya sekedar untuk meningkatkan prestise yang sifatnya sementara dan tidak pernah langgeng.


C. Berinvestasi
Mungkin anda sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Banyak orang memiliki persepsi (cara pandang) yang berbeda tentang investasi. Secara ekstrim pakar keuangan mengatakan investasi adalah suatu upaya untuk menggandakan uang dengan slogan yang cukup “mengerikan” yaitu : Biarkan uang bekerja untuk anda! Jangan salah. Investasi yang dimaksud di sini bukanlah investasi yang menggandakan uang dengan cara yang tidak halal. Investasi di sini adalah upaya nyata menambah jumlah harta kita dengan menambah jumlah asset yang kita miliki.
Contoh konkritnya begini. Misalnya penghasilan anda setiap bulan limaratus ribu rupiah. Dengan metode menabung seperti yang diuraikan diatas, anda dapat menabung duapuluh ribu setiap bulannya. Dalam satu tahun tabungan anda adalah 12 x Rp 20.000 = Rp 240.000. Di akhir tahun, uang anda terkumpul duaratus empat puluh ribu rupiah. Dan dalam tahun tersebut kehidupan anda aman artinya tidak ada kebutuhan mendesak yang mengharuskan anda menggunakan uang tersebut. Uang sejumlah duaratus empatpuluh ribu itu kemudian anda gunakan untuk modal membeli telur pecah (bentesan) yang selanjutnya anda jual lagi sehingga anda mendapatkan keuntungan. Keuntungan itu anda simpan dan anda gabungkan dengan uang tabungan anda karena anda memang disiplin menabung setiap bulannya. Di akhir tahun sudah pasti jumlah tabungan anda akan semakin besar. Jumlah sebesar itu dapat anda gunakan untuk memperbesar usaha anda atau modal usaha baru. Dengan cara seperti ini berarti anda berimvestasi untuk menambah jumlah koleksi asset anda. Bagaimana bila tenaga anda tidak mampu untuk menjalankan semua usaha anda (ceritanya anda sudah mempunyai buanyak asset) maka anda dapat berinvestasi sesuai dengan syariat agama misalnya dengan sistim bagi hasil.
Singkat kata bila anda terus menabung dan menggunakan tabungan anda untuk terus menerus menambah jumlah asset yang anda miliki maka slogan “uanglah yang  akan  bekerja untuk anda” bukanlah slogan kosong. Anda bukan hanya akan menjadi orang kaya tetapi akan dapat mempertahankan kekayaan anda selamanya.

Disampaikan dalam reuni alumni MA Syekh Subakir 2008
Tanggal 08 Oktober 2008
Oleh: Endah Susilawati (031008_01.53)


No comments:

Post a Comment