Friday, February 11, 2011

Dunia Belajar

Pelajar sekarang kurang menghargai gurunya! Ungkapan itu sering sekali dikeluhkan oleh guru-guru. Pembicaraan ini sering menjadi topik pembicaraan di kantor, di kantin, dan di halaman sekolah. Pernyataan seperti itu juga dikeluhkan oleh salah seorang sahabat yang dikenal sebagai guru senior yang dikenal dekat dan disegani siswa siswinya. Menurut pengakuan beliau, tahun ini tugasnya mengampu mata pelajaran di kelas XI baginya menjadi beban yang cukup berat. Bukan karena materinya yang sulit melainkan karena sikap siswa-siswi yang terkesan tidak menghargai guru.

Aku juga mengalami hal yang sama. Di sebuah kelas, yang terdiri dari tigapuluh satu orang cowok semua. Mulai dari salam pembuka sampai pelajaran berakhir, kelas sangat ... sangat ... tidak kondusif. Beberapa siswa melakukan aktifitas yang tidak ada hubungannya dengan topik yang sedang kami bicarakan. Bila ditegur, sikapnya sangat tidak bersahabat dan terkesan menantang. Pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan pada mereka untuk melibatkan mereka dalam aktifitas belajar dijawab dengan jawaban yang ngelantur yang memacing tawa seluruh kelas. Saat itu terjadi, yang bersangkutan tampak sangat puas. 
Beberapa yang lain, berbicara dengan suara yang cukup keras sehingga mengalahkan suaraku yang sedang menyampaikan materi. Teguran lembut sampai teguran kasar tak mempan. Kemarahan dan hukuman tak lagi efektif. Saat hal itu ku-share dengan teman sesama guru, tanggapan mereka juga sama. Capai, kesal dan kecewa. Jam-jam masuk ke kelas itu menjadi jam-jam berat dan menjengkelkan. Mengajar di  kelas itupun menjadi aktifitas yang sangat menyiksa. 
Suatu ketika pernah kucoba berbicara dengan beberapa siswa dari kelas itu. Kutanyakan pada mereka apakah mereka merasa nyaman belajar di kelas mereka. Mereka menjawab: Tidak!!. Alasannya? Mereka tidak bisa belajar dengan tenang. Mereka merasa tidak dapat memahami pelajaran. Penjelasanku terlalu terburu-buru dan mereka rasakan "tidak selesai". Menurut mereka aku mengabaikan apakah mereka menguasai topik yang sedang kami pelajari atau tidak. Mereka juga merasa terganggu dengan suara-suara gaduh teman-teman mereka. 
Inilah fakta! Tanpa kami sadari, kami (aku dan siswa-siswaku) terjebak dalam keadaan yang sebetulnya sama-sama tidak kami kehendaki. Bukan hanya aku saja yang menghadapi masalah, tetapi ternyata juga mereka. Dibutuhkan kearifan untuk mengubah keadaan ini. Kami mulai menelusuri setiap hal yang menjadi pemicu masalah. Sampailah kami pada kesimpulan : hanya beberapa siswa yang menjadi biang kelas tetapi semua anggota kelas menjadi korban. Betapa tidak adil. 
Maka kesepakatanpun kami ambil. Kita bersepakat untuk menjaga suasana kondusif. Mengabaikan mereka-mereka yang sengaja ingin mengacaukan keadaan. Kita saling membantu dan saling menguatkan untuk fokus pada tujuan pembelajaran. 
Berhasil? Tidak sepenuhnya. Tetap saja kami menghadapi beberapa anggota kelas yang bandel dan tidak mau bekerja sama. Tetapi sudah lebih baik dari keadaan saat kami belum mengambil kesepakatan. 

No comments:

Post a Comment